Rabu, 01 Februari 2017

Ulang Tahunku

Tepat di hari ulang tahunku 26 desember 2016..

Dear Tuhan…
Esok hari hamba akan memulai hari baru. Hari baru : kesempatan baru, suasana baru, dan tentunya tantangan baru. Engkau tahu Tuhan, hamba senang sekaligus bersedih dalam hal ini. Senang, lantaran besok merupakan kesempatan baru hamba untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kawan dan semua orang. Bersedih, lantaran itu merupakan pertanda kesempatan hamba untuk mengabdi kepada-MU kian menipis. Jika lembaran hidup hamba terhenti di tahun ke 63 (sunnah Nabi), maka hanya 37 tahun lagi waktu hamba untuk mempersiapkan dan berbenah diri sebelum menghadap-MU.

Tuhan… hari ini, esok hari, lusa dan seterusnya. Hamba ingin belajar ikhlas. Ikhlas dalam hal apa saja, dalam beribadah, dalam mengabdi, dalam belajar, dan bahkan dalam menyayangi seseorang.

Betapa sering benak hamba mempertanyakan esensi takdir-MU. Betapa sering hati hamba merasa tidak terima atas ketentuan-MU. Hamba begitu khilaf, sampai-sampai hamba lupa bahwa Engkaulah yang maha tahu. Hamba begitu bodoh, sampai-sampai hamba tidak ingat betapa setiap takdir-MU itu benar-benar baik untuk hamba.

Maka Tuhan, malam ini hamba sungguh bertekad, akan mengikhlaskan diri dalam segala hal, tidak terkecuali dalam menyayangi seseorang.

Maaf Tuhan, untuk hal semacam ini hati hamba mendadak kelu, tidak bisa berkata apa-apa. Engkau tahu bukan, betapa perasaan ini sungguh sulit untuk didiskusikan. Biarlah hamba sehari semalam membahasnya, maka itu tidak akan pernah cukup. Perasaan ini sungguh sulit untuk dibicarakan. Baik ketika kita tengah menyayangi seseorang, ataupun ketika sedang terkungkung dalam kegetiran.

Tapi tidak Tuhan, hamba bukanlah orang yang cengeng, hamba bukanlah orang yang mudah kehilangan asa. Sekali lagi, malam ini hamba bertekad untuk menyayangi dia dengan begitu tulus Tuhan. Hamba tidak akan mengharapkan pamrih apapun. Hamba juga tidak akan mengharapkan dia menyayangi hamba. Yang hamba ingin lakukan “MENYAYANGINYA DENGAN PENUH KETULUSAN”

Itu berarti hamba harus mampu menerima. Menerima setiap resiko atas tekad yang telah hamba ikrarkan. Berat memang, namun itulah tekad hamba. Sulit memang, namun itulah janji hamba. Hamba sudah siap berhadapan dengan jurang-jurang kepedihan itu. Karena hamba tahu bahwa sungguh tidak mungkin hamba memilikinya.

Biarlah langit mencatat ini sebagai ikrar hamba Tuhan. Hamba akan tetap terus bersabar, mengikhlaskan diri untuk menyayanginya. Hamba ridho dengan apa yang Engkau tetapkan kepada hamba. Meskipun senyata-nyatanya rasa sayang itu tidak sedikitpun berbekas dilubuk hatinya. Hamba akan tetap tulus mencurahkan rasa sayang ini untuknya.
Dan ikrarku untukmu :
Hari ini aku akan meningkatkan kualitas kemanusiaanku, kehambaanku, ketulusan hatiku, dan semuanya. Hingga ketika suatu hari nanti jika DIA benar-benar menggariskanmu untukku, aku akan menunggumu sembari tersenyum. Senyum yang semoga saja selalu tersimpul disetiap helaan nafas kita. Senyum yang semoga saja dapat menjembataniku menjadi bidadari-bidadari surga, yang kita tahu cantik tiada tara. Inilah ikrarku padamu, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, aku yakin aku sanggup, karena aku tahu Tuhan selalu membuatku mampu melalui apapun di hidupku.

“Ya Rabb, Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dari-Mu. Semua perasaan itu juga akan kembali kepada-Mu. Kami hanya menerima titipan. Dan semua itu ada sungguh karena-Mu...
Katakanlah wahai semua pencinta di dunia.Katakanlah ikrar cinta itu hanya karena-Nya. Katakanlah semua kehidupan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang Maha Mencinta, yang Menciptakan dunia dengan kasih-sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikat-Nya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajah-Nya.Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku”.

(TereLiye)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar