JEMBER, 24 JUNI 2017 || CATATAN PENGHUJUNG RAMADHAN 1438H || SELAMAT
HARI RAYA IDUL FITRI, MINAL AIDIN WAL FAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN
BATIN || KAMI SEKELUARGA.
Jika ini ramadhan terkahirku Tuhan,
jangan biarkan umi dan abiku berduka karena melihatku tiada. Jika ini
ramadhan terakhirku Tuhan, jangan biarkan kakek dan nenekku bersedih
karena itupun menjadikanku perih. Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan,
jangan biarkan adik-adikku menangis karena air matanya membuatku teriris.
Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan, bahagiakan mereka untukku dan
jagakan mereka demi aku. Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan, eratkan
tali persaudaraan diantara suadara-saudaraku, dan ijinkan kami bertemu
lagi di surga-Mu.
Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan, terimalah
maaf dan ampunanku atas segala salah, khilaf dan dosaku. Jika ini
ramadhan terakhirku Tuhan, mohon lebih beratkan timbangan kebaikanku
dibanding keburukanku.
Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan, beri
aku waktu sebentar untuk bersujud di kaki kedua orang tuaku agar lega
hatiku. Jika ini ramadhan terakhirku Tuhan, beri aku waktu sebentar
untuk bersujud kepada-Mu agar lebih ikhlas dan lapang dadaku.
Jumat, 23 Juni 2017
Rabu, 21 Juni 2017
Aku Bukan Orang Baik
Jangan menganggapku lebih baik dari kalian. Karena sebenarnya aku sangat
jauh dari kata baik itu sendiri. Aku tak jauh beda dengan kalian, yang masih menginginkan
kebebasan dalam bergaul, hanya saja aku berbeda. Sebab aku lebih memilih untuk
bebas sesuai syari’at ajaran islam. Akupun sama seperti kalian mengenal cinta
pada umumnya, bahkan aku juga merasakan jatuh cinta pada seseorang. Tapi
bedanya aku, aku lebih memilih untuk diam dan menyimpannya dalam-dalam. Iya, aku memang tidak jauh berbeda
dan sama dengan kalian, yang masih belajar untuk terus menjadi baik, berproses
dari hari ke hari. Tapi setidaknya untuk saat ini aku tahu kemana arah hidupku
dan untuk siapa aku hidup. Karena itu aku lebih memilih cara hidup yang
diridhoi Tuhan sebagai pemilik makhluk.
Hijab dan baju panjangku bukan pertanda aku baik. Begitupun dengan postinganku dimedia social bukan berarti aku sangat pandai dalam hal agama. Hanya saja aku ingin sedikit bermanfaat, sekalipun itu hanya dengan kata-kata. Karena justru ilmu agamaku begitu dangkal, tidak sebanding dengan orang-orang, dan sangat mungkin aku jauh lebih bodoh dari kalian. Sungguh aku tidak merasa lebih baik, atau sudah baik. Tapi setidaknya kini aku menjadi lebih baik dari diriku dimasa yang lalu.
Rabu, 14 Juni 2017
Perihal Berserah Bukan Sekedar Melepaskan
Jember, 12 Maret 2017
20:16 WIB
Perihal berserah bukan sekedar melepaskan.
Aku tak pernah tahu takdirku. Siapa yang akan hidup denganku. Berbagi apa
saja padaku. Menerima segala yang ada dalam diriku. Aku tak harus merasa
bersalah atas perasaan yang terkadang datang tiba-tiba. Aku juga tak harus
meronta meminta untuk dijadikan dia milikku. Aku hanya harus percaya dan yakin
jika benar dia takdirku, jika benar dia untukku. Maka sejauh manapun aku
berlari, sekuat apapun aku ingin pergi. Takdirku pasti datang kembali, dengan
cara-Nya sendiri. Namun, jika bukan dia takdirku, jika bukan dia untukku.
Bahkan sebesar apapun perjuanganku nanti, sekeras apapun usahaku kini. Takdirku
takkan pernah datang menghampiri.
Katamu jodoh itu dibentuk. Lelaki yang baik akan mendapatkan wanita yang
baik, dan wanita yang baik akan mendapatkan lelaki yang baik pula. Aku ingin
menjadi wanita itu, kataku dalam hati. Di sepanjang hari yang menggelisahkanku,
kucoba melangitkan do’a disetiap sujud malamku. Akupun ingin yakin seyakin
dirimu. Setabah dadamu yang lapang. Sehebat langkahmu menuju kebaikan dalam
penantian. Sebab, memang tak ada yang lebih menenangkan hati selain menjatuhkan
harap pada TUHAN.
Semogaku. Semogamu. Semoga kita. Segera diberi-Nya jawaban.
Untuk Umi dan Abi (part 2)
Umi dan abi, maafkan anak gadismu
ini. Bukan aku tidak ingin menikah, bahkan aku sangat ingin. Aku ingin menjadi
istri yang soleha, taat pada suami, hormat pada orang tua dan mertua.
Melahirkan anak-anak yang soleh dan soleha, membesarkan dan mendidik mereka
dengan penuh kasih sayang dan cinta. Hingga nanti aku dan suamiku menjadi tua
bersama.
Umi dan abi, maafkan anak gadismu
ini. Bukan aku tidak ingin menikah, bahkan aku sangat ingin. Hanya saja aku
tengah mempersiapkan diri untuk menjemput jodoh terbaik pilihan-Nya. Bukankah
yang baik akan mendapatkan yang baik? Lagi pula kurasa belum sempurna
pengabdianku pada umi dan abi, masih kurang rasa hormatku, dan belum cukup
terimakasihku.
Umi dan abi maafkan anak gadismu
ini. Bukan aku tidak ingin menikah, bahkan aku sangat ingin. Namun aku hanya
merasa takut, takut jatuh cinta pada orang yang salah. Karena itu, aku lebih
memilih sendiri dalam menjalani hidup ini. Selagi menunggu banyak hal yang juga
harus kuperbaiki. Sebab jatuh cinta bisa kapan saja, namun dalam membangun
cinta cukup sekali saja.
Umi dan abi maafkan anak gadismu
ini. Bukan aku tidak ingin menikah, bahkan aku sangat ingin. Tapi mohon jangan khawatirkan
aku, cukup yakin bahwa sebentar lagi kebahagiaan itu akan melingkar indah bak
pelangi dirumah kita. Bersabarlah umi dan abi, barangkali Allah sedang
mengujiku. Tidak ada yang perlu ditakutkan, sebab aku kuat sekuat kalian.
Kiranya tiada cinta insan
untukku, cukuplah cinta Allah sebagai penyuluh hidup dan matiku. Semoga kelak
akan ada cinta untukku dari insan yang mencintai-Nya. Amin yaa robb..
True story of me..
Langganan:
Postingan (Atom)